Dalam tradisi pesantren salaf maupun modern, ada satu metode pembelajaran yang telah teruji lintas generasi dalam membantu santri menguasai ilmu agama secara mendalam dan cepat, yaitu Sistem Nderes. Secara harfiah, nderes dapat diartikan sebagai mengulang-ulang pelajaran yang telah diterima dari guru, namun dalam konteks pesantren, maknanya jauh lebih dalam: ia adalah proses menghafal, memahami, dan memelihara ilmu yang didapatkan. Praktik ini menjadi kunci rahasia bagi para santri agar tidak hanya hafal, tetapi juga mencapai kondisi futuh ilmunya, yaitu dibukakannya pemahaman yang mendalam dan luas terhadap suatu ilmu oleh Allah SWT. \
Sistem Nderes biasanya dilakukan setelah waktu belajar formal di kelas atau majelis berakhir, sering kali pada malam hari antara pukul 20.00 hingga 22.00 WIB. Metode ini tidak dilakukan secara individu, melainkan secara berkelompok kecil, sering disebut halaqah atau sorogan. Dalam kelompok ini, seorang santri yang dianggap lebih senior atau memiliki pemahaman lebih baik (badal) akan memimpin diskusi dan mengulang kembali materi pelajaran kitab kuning hari itu. Data dari Survei Efektivitas Pembelajaran Pesantren yang diterbitkan oleh Lembaga Kajian Agama dan Pendidikan (LKAP) pada 12 Februari 2024 menunjukkan bahwa 85% santri mengakui bahwa pemahaman mereka terhadap materi pelajaran meningkat drastis setelah mengikuti sesi nderes rutin.
Keunggulan utama dari Sistem Nderes terletak pada aspek aktifitas dan pengulangan. Ketika santri menjelaskan kembali materi kepada temannya, ia secara otomatis menguji pemahaman dirinya sendiri. Jika ada keraguan atau kesalahan interpretasi, teman sekelompoknya atau badal akan segera mengoreksi. Hal ini meniadakan kesalahpahaman yang mungkin tidak terdeteksi oleh guru di kelas besar. Misalnya, di Pondok Pesantren Darussalam, Kabupaten Ciamis, Kepala Keamanan Pesantren, Bapak Herman Susilo, pernah mencatat dalam laporan harian pada 10 Agustus 2024 bahwa kegiatan nderes merupakan kegiatan yang paling tertib dan produktif setelah salat berjamaah, menunjukkan betapa santri telah menginternalisasi pentingnya rutinitas ini.
Selain menguatkan pemahaman, Sistem Nderes juga menanamkan rasa tanggung jawab komunal. Santri belajar untuk saling membantu dan merasa bertanggung jawab atas keberhasilan belajar teman sekelompoknya. Proses ini melatih kemampuan komunikasi dan leadership yang sangat berguna di masa depan. Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh tim riset dari Kementerian Agama pada 3 April 2025 di tiga pesantren besar di Jawa Tengah menyimpulkan bahwa santri yang rutin melakukan nderes memiliki tingkat kedisiplinan dan empati yang lebih tinggi.
Pada intinya, Sistem Nderes adalah lebih dari sekadar mengulang pelajaran; ia adalah metode pendidikan karakter dan intelektual khas pesantren yang menciptakan lingkungan saling asah, asih, dan asuh. Dengan terus mempraktikkan Sistem Nderes secara konsisten dan tekun, santri tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkan, tetapi juga mewarisi tradisi keilmuan Islam yang autentik, memastikan tercapainya futuh dalam pemahaman dan keberkahan dalam ilmu.
