Pelatihan Jurnalistik Santri kini berfokus mencetak Narasumber Berita yang kredibel dan storyteller yang mahir. Tujuan utamanya adalah menyajikan publikasi positif tentang pesantren dan kontribusinya bagi bangsa. Keterampilan ini penting agar kisah-kisah inspiratif dari dunia pesantren tidak hanya berputar di internal, tetapi juga menjangkau khalayak yang lebih luas melalui berbagai platform media.
Peran Santri sebagai Narasumber Berita sangat strategis dalam melawan narasi negatif. Dengan pemahaman public speaking dan etika jurnalistik yang kuat, mereka mampu menyampaikan informasi secara akurat dan meyakinkan. Setiap santri didorong untuk menjadi juru bicara yang baik bagi lembaga mereka, memastikan kebenaran informasi tersampaikan dengan jernih.
Mengembangkan kemampuan jurnalistik pada Santri adalah investasi jangka panjang untuk Publikasi Positif. Mereka diajarkan teknik wawancara, press release, dan mengelola krisis komunikasi. Bekal ini menjadikan Santri siap berinteraksi dengan media massa, tidak hanya sebagai objek liputan, tetapi juga sebagai subjek atau narasumber yang terpercaya dan proaktif.
Kurikulum Jurnalistik Santri mencakup studi kasus media dan pelatihan menjadi Narasumber Berita yang efektif. Mereka belajar bagaimana menyederhanakan isu kompleks dan menyampaikannya dalam bahasa yang mudah dipahami publik. Latihan simulasi konferensi pers membantu mereka mengatasi demam panggung dan menjawab pertanyaan sensitif dengan bijak.
Hasilnya, Publikasi Positif tentang kegiatan pesantren semakin meningkat kualitasnya. Berita yang disajikan Santri memiliki sudut pandang yang unik dan otentik. Kisah tentang kegiatan sosial, prestasi akademik, atau inovasi Santri dapat disebarluaskan dengan press release yang mereka buat sendiri. Ini adalah empowerment berbasis literasi media.
Kunci sukses Santri sebagai Narasumber Berita adalah integritas dan penguasaan materi. Mereka harus berbicara berdasarkan fakta dan nilai-nilai pesantren. Hal ini menjamin bahwa setiap informasi yang disampaikan merupakan cerminan nyata dari pendidikan karakter yang mereka terima. Sikap profesional menjadi modal utama dalam interaksi dengan media.
Dampak dari pelatihan ini adalah terciptanya ekosistem media internal yang kuat. Santri mengelola kanal berita, media sosial, dan buletin digital Publikasi Positif mereka sendiri. Mereka adalah produsen berita, fotografer, dan editor, yang semuanya bekerja untuk menyajikan wajah pesantren yang modern dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
