Salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan karakter adalah membantu individu Mengubah Kebiasaan Buruk yang sudah melekat. Di lingkungan pesantren, peran vital ini diemban oleh para Ustaz dan pengurus, yang menerapkan sistem pengawasan 24 jam untuk memastikan setiap santri dapat memperbaiki diri dan beradaptasi dengan pola hidup islami yang disiplin. Pengawasan yang intensif dan berkelanjutan ini, yang sering kali bersifat personal dan edukatif, adalah kunci utama dalam menanamkan nilai-nilai positif dan membentuk mentalitas yang kuat pada santri.
Peran pengawasan Ustaz dimulai dengan identifikasi dan pencegahan. Mengubah Kebiasaan Buruk seperti bangun kesiangan, berbicara kotor, atau tidak rapi dalam berpakaian dan menjaga kebersihan merupakan fokus utama. Setiap Ustaz yang ditugaskan sebagai pengasuh asrama bertanggung jawab atas sekelompok kecil santri, sehingga pengawasan dapat dilakukan secara mendalam. Misalnya, di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, seorang Ustaz pembimbing asrama wajib melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kamar-kamar santri setidaknya sekali seminggu, seringkali pada malam hari sekitar pukul 21.00, untuk memastikan tidak ada santri yang melanggar aturan tidur atau menggunakan alat elektronik terlarang.
Pendekatan untuk Mengubah Kebiasaan Buruk di pesantren bersifat bertahap dan konsisten. Ketika santri melanggar aturan, Ustaz tidak hanya memberikan hukuman fisik, tetapi lebih menekankan pada sanksi edukatif yang bertujuan menumbuhkan kesadaran diri. Misalnya, seorang santri yang ketahuan terlambat salat Subuh berjamaah pada pukul 04.45 pagi pada hari Kamis, 18 Juli 2024, mungkin akan diminta untuk membersihkan halaman masjid atau menghafal surah pendek di hadapan Ustaz setelah salat. Sanksi ini menautkan kesalahan dengan tanggung jawab spiritual dan komunal, bukan hanya rasa takut pada hukuman.
Lebih dari sekadar penegak aturan, Ustaz juga bertindak sebagai teladan dan konselor. Santri yang berjuang untuk Mengubah Kebiasaan Buruk mereka, seperti kecenderungan untuk malas belajar atau menunda tugas, seringkali dipanggil secara pribadi untuk sesi konseling. Dalam sesi ini, Ustaz memberikan motivasi spiritual, menceritakan kisah-kisah teladan, dan membantu santri membuat rencana perbaikan diri yang realistis. Hubungan yang personal dan penuh adab antara guru dan murid ini menciptakan lingkungan yang aman bagi santri untuk mengakui kesalahan mereka dan berkomitmen pada perubahan. Catatan pelanggaran dan perkembangan santri yang disimpan oleh para Ustaz bahkan menjadi bahan evaluasi tahunan di hadapan Dewan Kiai, menunjukkan betapa sentralnya pengawasan ini dalam menentukan masa depan pendidikan santri. Dengan demikian, pengawasan Ustaz adalah fondasi yang membentuk karakter santri menjadi pribadi yang lebih baik, disiplin, dan bertanggung jawab.
