Dalam tradisi pembelajaran Al-Qur’an, aspek Tahsinul Qira’ah—yaitu perbaikan kualitas bacaan—adalah fondasi utama sebelum seorang santri melangkah ke tahap hafalan (Tahfidz) atau pendalaman makna (Tafsir). Pentingnya program ini ditekankan karena tujuan setiap muslim adalah Menguasai Tajwid dengan Sempurna, memastikan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan standar yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Menguasai Tajwid dengan Sempurna bukan hanya masalah estetika, tetapi adalah keharusan syariat, karena kesalahan dalam pengucapan huruf (makharijul huruf) atau penerapan hukum bacaan dapat mengubah makna ayat. Menguasai Tajwid dengan Sempurna adalah bukti keseriusan pesantren dalam menjaga otentisitas teks suci.
Program Tahsinul Qira’ah biasanya ditempatkan di tingkat permulaan (Ibtida’iyyah) kurikulum pesantren. Santri akan dibimbing secara intensif dalam kelas Tahsin, seringkali menggunakan metode talqin (menirukan bacaan guru) dan musyafahah (tatap muka langsung) untuk memastikan setiap bunyi dan hukum diterapkan dengan benar. Materi yang diajarkan mencakup kaidah makharijul huruf (tempat keluarnya huruf dari rongga mulut), sifatul huruf (sifat-sifat huruf), hingga hukum-hukum bacaan seperti Mad (panjang pendek) dan Ghunnah (dengung). Bimbingan personal dan koreksi instan dari Ustadz atau Muqri’ (guru bacaan) adalah kunci keberhasilan program ini.
Pentingnya program ini terlihat jelas dalam sistem evaluasi pesantren. Di banyak lembaga, santri yang belum lulus dalam ujian Tahsin tidak diizinkan untuk memulai program Tahfidz. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebiasaan membaca yang salah terbawa dalam hafalan. Sebagai contoh, di Pondok Pesantren Tahsin dan Tahfidz Al-Faruq, setiap santri diwajibkan lulus dalam ujian Sanad Qira’ah Level Dasar, yang diselenggarakan setiap tanggal 15 setiap bulan. Ujian ini mengukur akurasi santri dalam melafalkan Surah Al-Fatihah dan beberapa surah pendek dengan hukum tajwid yang benar. Santri yang gagal harus mengulang sesi Tahsin hingga ia mencapai standar minimal yang ditentukan.
Dengan menjadikan Menguasai Tajwid dengan Sempurna sebagai prasyarat, pesantren berhasil mencetak generasi yang mampu membaca Al-Qur’an dengan benar, indah (tartil), dan sesuai dengan riwayat yang sahih. Kualitas bacaan yang baik ini kemudian menjadi bekal penting bagi mereka saat menjadi imam shalat atau guru Al-Qur’an di masyarakat, menjamin bahwa transmisi bacaan Al-Qur’an yang benar akan terus berlanjut.
