Dayah Syaikhuna menunjukkan komitmen luar biasa dalam mewujudkan konsep Ekosistem Berkah di lingkungan pesantren. Mereka melihat sampah bukan sebagai masalah, tetapi sebagai potensi sumber daya. Inovasi pengelolaan limbah terpadu menjadi kunci keberhasilan program zero waste mereka.
Limbah organik, terutama sisa makanan dari dapur umum dan dedaunan, tidak lagi dibuang percuma. Sampah-sampah ini dikumpulkan dan diproses menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi. Hasil kompos ini kemudian dimanfaatkan untuk menyuburkan kebun sayur milik dayah.
Dayah Syaikhuna juga mengolah sisa makanan tertentu menjadi pakan ternak alternatif. Sampah yang sudah diolah diberikan kepada unggas dan ikan yang dipelihara di area dayah. Praktik ini menutup siklus limbah menjadi rantai makanan yang berkelanjutan.
Inisiatif ini secara efektif menciptakan Ekosistem Berkah yang mandiri. Kegiatan ini menghemat pengeluaran dayah untuk pembelian pupuk dan pakan ternak. Selain itu, lingkungan dayah menjadi jauh lebih bersih dan higienis, sesuai dengan ajaran Islam.
Para santri terlibat langsung dalam setiap tahapan pengelolaan sampah. Mulai dari pemilahan di sumber, pengolahan kompos, hingga pemberian pakan ternak. Keterlibatan ini menanamkan kesadaran ekologis dan tanggung jawab harian pada setiap santri.
Model pengelolaan sampah Dayah Syaikhuna ini membuktikan integrasi antara pendidikan agama dan praktik lingkungan dapat berjalan harmonis. Konsep Ekosistem Berkah ini menjadi landasan filosofis bagi seluruh kegiatan konservasi alam di dayah tersebut.
Keberhasilan Dayah Syaikhuna mengelola sampah menjadi pupuk kompos dan pakan ternak telah menarik perhatian banyak pihak. Mereka kini menjadi percontohan bagi pesantren lain yang ingin mengimplementasikan program keberlanjutan lingkungan serupa.
Dayah ini berhasil menciptakan lingkaran Ekosistem Berkah yang utuh. Dari sampah menjadi kompos untuk kebun, hasil kebun untuk makanan santri, dan sisa makanan untuk pakan ternak. Ini adalah cerminan dari konsep tanggung jawab dalam Islam.
