Pondok pesantren adalah lembaga yang terus beradaptasi, namun satu hal yang tetap menjadi intinya adalah Kurikulum Keagamaan yang kuat. Keunggulan pesantren terletak pada kemampuannya memadukan kajian kitab kuning klasik dengan relevansi zaman, menghasilkan santri yang tidak hanya mendalam ilmu agamanya, tetapi juga mampu menjawab tantangan kontemporer. Upaya membangun Kurikulum Keagamaan yang kokoh dan relevan adalah kunci keberlangsungan pesantren.
Tradisi kajian kitab kuning adalah tulang punggung dari Kurikulum Keagamaan di pesantren. Santri diajarkan untuk memahami teks-teks klasik dalam berbagai disiplin ilmu Islam seperti fikih, akidah, tafsir, hadis, dan bahasa Arab (Nahwu & Shorof). Metode pembelajaran seperti bandongan (Kyiai membaca dan menerjemahkan, santri menyimak) dan sorogan (santri membaca di hadapan Kyiai) tetap dipertahankan karena terbukti efektif dalam membangun pemahaman mendalam dan sanad keilmuan yang bersambung. Ini membekali santri dengan fondasi ilmu agama yang autentik dan komprehensif.
Namun, pesantren modern menyadari pentingnya relevansi. Mereka berupaya mengintegrasikan kajian kitab kuning dengan isu-isu kekinian. Diskusi tentang bagaimana fikih dapat diterapkan dalam konteks ekonomi syariah modern, atau bagaimana prinsip-prinsip akhlak dalam kitab klasik relevan dengan etika digital, menjadi bagian dari pembelajaran. Hal ini memastikan bahwa santri tidak hanya hafal teks, tetapi juga mampu mengaplikasikan ilmu mereka dalam menghadapi kompleksitas kehidupan. Misalnya, pada sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pesantren Modern di Jakarta pada April 2025, ditekankan pentingnya modul tambahan dalam Kurikulum Keagamaan yang membahas isu-isu lingkungan dan citizenship berdasarkan perspektif Islam.
Penguasaan bahasa Arab yang baik juga menjadi fokus penting dalam Kurikulum Keagamaan. Selain sebagai alat untuk memahami kitab kuning, bahasa Arab juga diajarkan sebagai bahasa komunikasi aktif, memungkinkan santri untuk berinteraksi dengan dunia Islam global dan mengakses sumber-sumber keilmuan kontemporer. Beberapa pesantren bahkan mengembangkan program penguasaan bahasa Inggris dan teknologi informasi untuk melengkapi santri dengan keterampilan yang dibutuhkan di era globalisasi. Dengan perpaduan antara warisan keilmuan klasik dan adaptasi terhadap tuntutan zaman, Kurikulum Keagamaan pesantren berhasil mencetak generasi ulama dan cendekiawan yang mampu membumikan ajaran Islam secara kontekstual dan menjawab tantangan masa depan.
