Dayah Syaikhuna di Aceh teguh mempertahankan metode pengajaran tradisional yang telah turun-temurun. Metode yang menjadi ciri khas kearifan lokal Dayah Aceh adalah Halaqah. Praktik ini melibatkan murid yang duduk melingkar di hadapan guru. Fokus utama metode Halaqah ini adalah interaksi langsung dan pemahaman mendalam atas kitab-kitab kuning.
Sistem Halaqah sangat berbeda dengan sistem kelas formal yang modern. Dalam halaqah, guru membacakan, menerjemahkan, dan menjelaskan teks secara rinci. Murid didorong untuk bertanya dan berdiskusi, menciptakan suasana belajar yang dinamis. Ini adalah cara efektif untuk mentransfer ilmu dan keberkahan secara bersamaan.
Keunggulan utama metode Halaqah terletak pada aspek talaqqi atau menerima langsung dari guru. Ini memastikan rantai keilmuan (Sanad Keilmuan) tetap terjaga keasliannya. Dayah Syaikhuna percaya bahwa keabsahan ilmu agama sangat bergantung pada transmisi lisan yang bersambung.
Dayah Syaikhuna melihat Halaqah sebagai benteng pertahanan tradisi. Di tengah gempuran modernisasi pendidikan, mereka memilih untuk mempertahankan keunikan ini. Metode ini juga melatih kesabaran, adab, dan penghormatan santri terhadap ilmu dan gurunya.
Sistem Halaqah juga memungkinkan guru untuk memantau perkembangan setiap individu secara lebih personal. Guru dapat menilai pemahaman santri berdasarkan dialog yang terjadi di dalam lingkaran. Ini adalah pembinaan yang holistik, mencakup intelektual dan spiritual.
Penerapan di Dayah Syaikhuna tidak berarti menolak teknologi. Mereka mengintegrasikan alat bantu digital untuk mendukung penyampaian materi. Namun, inti dari proses belajar mengajar, yaitu interaksi langsung dalam lingkaran, tetap dipertahankan sebagai poros utama.
Keunikan metode Halaqah ini menjadi daya tarik bagi calon santri dari luar Aceh. Mereka mencari kedalaman ilmu yang hanya bisa didapatkan dari pola pengajaran tradisional yang intensif dan beradab seperti ini. Reputasi Dayah Syaikhuna semakin menguat.
Melalui sistem Halaqah, Dayah Syaikhuna mencetak alumni yang tidak hanya menguasai ilmu secara teks, tetapi juga memiliki kedalaman pemahaman kontekstual. Mereka siap menjadi ulama yang mampu menjawab tantangan zaman dengan berpegangan pada ilmu yang otentik.
Dayah Syaikhuna berharap, dengan mempertahankan metode, mereka dapat terus melestarikan warisan keilmuan para ulama terdahulu. Ini adalah sumbangsih Dayah Aceh dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan tradisi pesantren di Nusantara.
